Warung Pempek C'Ida

Warung Pempek C'Ida
Pemilik (Cek Ida) kadang terjun langsung melayani karena ramainya pembeli

Minggu, 06 Januari 2013

                                                                                                          Jl. Temon



SEKAPUR  SIRIH

Jalan jalan ke Palembang
Jangan lupo lihat Jembatan Ampera
Kalau ingin makanan khas  yang lemak
Jangan lupo mampir ke Warung Pempek C' Ida 

Saat sedang berwisata di suatu tempat sungguh rasanya tak lengkap bila tanpa mencicipi makanan khas dari kota yang dikunjungi tersebut. Wisata kuliner atau mencicipi makanan khas dari daerah yang dikunjungi merupakan hal penting pada sebuah perjalanan wisata, rasanya tidaklah lengkap paket wisata kita tanpa mencoba mencicipi makanan dari suatu tempat wisata yang sedang dikunjungi.

Kota Palembang  sebagai kota metropolis yang sedang mengembangkan potensi wisatanya namun memiliki makanan khas yang sangat ber aneka ragam dan pastinya enak juga lezat. Tidak lengkap bila anda para wisatawan berkunjung ke Kota Palembang tanpa mencicipi makanan khas dari Kota Palembang. Makanan khas dari Kota Palembang yang paling terkenal pastinya adalah pempek yaitu suatu makanan dari olahan ikan, para wisatawan yang berkunjung ke Palembang pastinya pertama kali yang ingin dicicipi adalah pempek, akan tetapi tidak semua wisatwan yang berkunjung membawa uang yang berlimpah sehingga saat memilih tempat kuliner pertimbangan utama mereka adalah harga yang harus pas di kantong mereka.
Namun pertimbangan akan harga yang pas dikantong sambil mengunjungi beberapa tempat wisata kuliner hemat dengan harga kaki lima namun rasanya dengan masakan mewah yang terdapat di restoran dan hotel di Kota Palembang.
Warung Pempek C'Ida menyediakan aneka jenis pempek khas Palembang, seperti Pempek Kecil, Pempek Lenjer, Pempek Telor Besar (Pempek Kapal Selam), Model, Pempek Lenggang khas Palembang. Semua aneka jenis makanan khas Palembang itu di sajikan dengan harga yang sangat pas dan terjangkau untuk kantong kita yang hanya memiliki anggaran terbatas, adapun harga dari aneka makanan tersebut adalah berikut ini:
- Pempek Lenjer : Rp 7000,-
- Pempek Kapal Selam : Rp 7000,-
- Model/Tekwan : Rp 4000,-
- Pempek Lenggang : Rp 7000,-
- Pempek Kecil(telor,lenjer,adaan,pisang kerupuk,tahu,kulit,pistel) : Rp 900,-
- Aneka Juice:mangga,alpukat,melon,jeruk,cappucino ala mas bro_keyla : Rp 6000,-
- Kemplang badak/Goreng/Kerupuk 1 bungkus : Rp 15000
Melayani Pemesanan dalam dan luar kota dan di-packing rapi berserta merek pempek C'Ida dan Logo Jembatan Ampera asli dari Kota Palembang , hubungi  kami dengan telp : 085267332227 dan 082375881975

E-mail : Warungpempekcekida@gmail.com 
FB : http://www.facebook.com/warungpempek.cekida
 



 Daftar harga minuman
 Daftar Harga Paket pempek : 50 ribu rupiah
 Daftar Harga  makanan



Paket untuk 100 ribu ,catatan Pempek campur 25 buah
Pempek Kapal selam : 4 buah (tertutup tali kamera)

 Gerbang Jalan Mujahidin 26 Ilir


DAFTAR MAKANAN YANG ADA DI

Warung Pempek C'ida (Cek Ida) - 26 Ilir,Palembang, 
Jalan Mujahidin  dekat jeramba (Jembatan) karang 

Gambar.1  Pempek Kulit

Gambar 2. Pempek lenggang

Gambar 3. Pempek Kecil Campur Kulit,Pisang kerupuk,telor

Gambar 4. Pempek Telor (kecil)

Gambar 5. Pempek lenjer kecil

Gambar 6. Pempek Pisang kerupuk

Gambar 7. Pempek lenjer besar

Gambar 8. Pempek Kulit

Gambar 9. Pempek Lenjer besar dan kapal selam

Gambar 10 Pempek adaan


                                    

paket  pempekdalam dan luar kota
 juice caffucino mas bro_keyla

 Interior  eksotik warung pempek c'ida

Marga Marga Arab

Marga-Marga Arab di Indonesia

(diambil dan diringkas dari berbagai sumber)

Dalam dunia islam, baik dari sunni mapun syiah, di arab maupun di luar arab, bertarikat ataupun tidak, dikenal dengan adanya golongan-golongan yang mengaku sebagai ahlul bayt, atau sebagai keturunan nabi. Dengan berbagai silsilah yang dinyatakan sebagai yang paling valid atau benar, mereka banyak yang diagung-agungkan oleh ummat. Dalam sejarah Hejaz, keturunan nabi ini hingga abad ke-20 memegang peranan penting dalam pemerintahan arab bahkan setelah keruntuhan Turki. Semenjak masa-masa sebelumnya mereka ini mendapat tempat khusus dimata penduduk Hejaz. Mereka dibaiat menjadi penguasa dan imam serta pelindung tanah suci,

Dalam tatanan Hejaz, mereka diberikan sebutan Syarif untuk laki-laki dan Syarifah untuk perempuan. Sedangkan diluar Hejaz, dari beberapa golongan ada yang memberikan title Sayyid dan Sayyidah, atau juga dengan sebutan Habaib, dan lain sebagainya untuk memberikan satu tanda bahwa mereka yang diberikan titlr ini dianggap masih memiliki kaitan darah dengan nabi Muhammad saw.

Rabithah Alawiyah :: dalam artikel onlinenya, menyatakan bahwa menurut Sayyid Muhammad Ahmad al-Syatri dalam bukunya Sirah al-Salaf Min Bani Alawi al-Husainiyyin, para salaf kaum ‘Alawi di Hadramaut dibagi menjadi empat tahap yang masing-masing tahap mempunyai gelar tersendiri. Gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah :

IMAM (dari abad III H sampai abad VII H). Tahap ini ditandai perjuangan keras Ahmad al-Muhajir dan keluarganya untuk menghadapi kaum khariji. Menjelang akhir abad 12 keturunan Ahmad al-Muhajir tinggal beberapa orang saja. Pada tahap ini tokoh-tokohnya adalah Imam Ahmad al-Muhajir, Imam Ubaidillah, Imam Alwi bin Ubaidillah, Bashri, Jadid, Imam Salim bin Bashri.

SYAIKH (dari abad VII H sampai abad XI H). Tahapan ini dimulai dengan munculnya Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang ditandai dengan berkembangnya tasawuf, bidang perekonomian dan mulai berkembangnya jumlah keturunan al-Muhajir. Pada masa ini terdapat beberapa tokoh besar seperti Muhammad al-Faqih al-Muqaddam sendiri. Ia lahir, dibesarkan dan wafat di Tarim.

HABIB (dari pertengahan abad XI sampai abad XIV). Tahap ini ditandai dengan mulai membanjirnya hijrah kaum ‘Alawi keluar Hadramaut. Dan di antara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang peninggalannya masih dapat disaksikan hingga kini, di antaranya kerajaan Alaydrus di Surrat (India), kesultanan al-Qadri di kepulauan Komoro dan Pontianak, al-Syahab di Siak dan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama ‘Alawi masa ini adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad yang mempunyai daya pikir, daya ingat dan kemampuan menghafalnya yang luar biasa, juga terdapat Habib Abdurahman bin Abdullah Bilfaqih, Habib Muhsin bin Alwi al-Saqqaf, Habib Husain bin syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Hasan bin Soleh al-Bahar, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.

SAYYID (mulai dari awal abad XIV ). Tahap ini ditandai kemunduran kecermelangan kaum ‘Alawi. Di antara para tokoh tahap ini ialah Imam Ali bin Muhammad al-Habsyi, Imam Ahmad bin Hasan al-Attas, Allamah Abu Bakar bin Abdurahman Syahab, Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, Habib Husain bin Hamid al-Muhdhar. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa Alawiyin atau qabilah Ba’alawi dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.

Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama hijriah julukan Alawi digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, baik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawi) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam al-Hasan dan Imam al-Husein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad akhirnya sebutan Alawi hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan Alawiyin diambil dari nama cucu beliau Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul.

Kaum Arab, terutama yang beragama islam telah sejak berabad lamanya melakukan perniagaan dengan berbagai negara didunia, yang selanjutnya menciptakan jalur-jalur perdagangan dan komunitas-komunitas Arab baru diberbagai negara. Dalam berbagai sejarah dinyatakan bahwa kaum Arab yang datang ke Indonesia merupakan koloni Arab dari daerah sekitar Yaman dan Persia. Namun, yang dinyatakan berperan paling penting dan ini diperlihatkan dengan jenis madhab yang ada di Indonesia, dimungkinkan adalah dari Hadramaut. Dan orang-orang Hadramaut ini diperkirakan telah sampai ke Indonesia semenjak abad pertengahan (abad ke-13) sesudah adanya huru-hara di Baghdad.

Secara umum, tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Dari mereka inilah kemudian muncul banyak tokoh dakwah yang termaktub dalam team Walisongo dan banyak tokoh dakwah islam hingga masa sekarang. Walaupun masih ada pendapat lain seperti menyebut dari Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, tampaknya itu semua adalah jalur penyebaran para Mubaligh dari Hadramawt yang sebagian besarnya adalah kaum Sayyid (Syarif). Beberapa buktinya (no 1 dan 2) adalah sebagian dari yang telah dikumpulkan oleh penulis Muhammad Al Baqir dalam Thariqah Menuju Kebahagiaan:

    L.W.C Van Den Berg dalam bukunya Le Hadramawt et Les Colonies Arabes dans l’Archipel Indien (1886) mengatakan:”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar diantara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramawt (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (yakni kaum Sayyid Syarif Hadramaut) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
    Dalam buku yang sama hal 192-204, Van Den Berg menulis:”Pada abad XV, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab mengikuti jejak nenek moyangnya." Perhatikanlah tulisan Van Den Berg ini yang spesifik menyebut abad XV, yang merupakan abad spesifik kedatangan dan / atau kelahiran sebagian besar Wali Songo di pulau Jawa. Abad XV ini jauh lebih awal dari abad XVIII yang merupakan kedatangan kaum Hadramawt gelombang berikutnya yaitu mereka yang sekarang kita kenal bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga hadramawt lainnya.
    Hingga saat ini Umat Islam di Hadramawt bermadzhab Syafi’ie sama seperti mayoritas di Ceylon, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Sedangkan Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, kemudian Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) mayoritasnya bermadzhab Hanafi.
    Bahasa para pedagang Muslim yang datang ke Asia Tenggara (utamanya Malaka dan Nusantara) dinamakan bahasa Malay (Melayu) karena para pedagang dan Mubaligh yang datang di abad 14-15 sebagian besar datang dari pesisir India Barat yaitu Gujarat dan Malabar, yang mana orang-orang Malabar (sekarang termasuk neg. bagian Kerala) mempunyai bahasa Malayalam, walaupun asal-usul mereka adalah keturunan dari Hadramawt mengingat kesamaan madzhab Syafi’ie yang sangat spesifik dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan kepada Ahlul Bait. Satu kitab fiqh mazhab Syafi’ie yang sangat popular di Indonesia Fathul Muin pengarangnya bahkan Zainuddin Al Malabary (berasal dari tanah Malabar), satu kitab fiqh yang sangat unik karena juga memasukkan pendapat kaum Sufi, bukan hanya pendapat kaum Fuqaha.
    Satu bukti yang sangat akurat adalah kesamaan Madzhab Syafi'ie dengan corak tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait yang sangat kental seperti kewajiban mengadakan Mawlid, membaca Diba & Barzanji, membaca beragam Sholawat Nabi, membaca doa Nur Nubuwwah (yang juga berisi doa keutamaan tentang cucu Rasul, Hasan dan Husayn) dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramawt, Mesir, Gujarat, Malabar, Ceylon, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Pengecualian mungkin hanya terhadap kaum Kurdistan di segitiga perbatasan Iraq, Turki dan Iran, yang mana mereka juga bermadzhab Syafi’ie dengan corak Tasawuf yang sangat kuat dan mengutamakan ahlul bait (Kitab Mawlid Barzanji dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani adalah karya Ulama mereka Syekh Ja’far Barzanji) tapi tinggal di daerah pedalaman dan pegunungan, bukan pesisir seperti lainnya. Analisis sejarah diatas menandakan agama Islam dari madzhab dan corak ini sebagian besarnya disebarkan melalui jalur pelayaran dan perdagangan dan berasal dari satu sumber yaitu Hadramawt, karena Hadramawt adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi'ie dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan ahlul bait.
    Di abad 15 Raja-raja Jawa (yang berkerabat dengan Walisongo) seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar, yang mana di abad 14 di Gujarat sudah dikenal keluarga besar Jamaluddin Akbar cucu keluarga besar Datuk Azhimat Khan (Abdullah Khan) putra Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad Shahib Mirbath Ulama besar Hadramawt Abad 13M. Keluarga besar ini sudah sangat terkenal sebagai Mubaligh Musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.

Keturunan Arab Hadramawt di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husayn bin Ali) dan Qabili yaitu kelompok diluar kaum Sayyid.

Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia, yang paling banyak diantaranya adalah:

    Abud (Qabil) - AbdulAzis (Qabil) - Addibani (Qabil) - Afiff - Alatas (Sayyid) - Alaydrus (Sayyid) - Albar (Sayyid) - Algadrie (Sayyid) - Alhabsyi (Sayyid) - AlHamid - AlHadar - AlHadad (Sayyid) - AlJufri (Sayyid) - Alkatiri (Qabil) - Assegaff (Sayyid) - Attamimi -AlMuhazir
    Ba'asyir (Qabil) - Baaqil (Sayyid) - Bachrak (Qabil) - Badjubier (Qabil) - Bafadhal - Bahasuan (Qabil) - Baraja (Syekh) - Basyaib (Qabil) - Basyeiban (Sayyid) - Baswedan (Qabil) - Baridwan - Bawazier (Sayyid) - BinSechbubakar (Sayyid)
    Haneman
    Jamalullail (Sayyid)
    Kawileh (Qabil)
    Maula Dawileh (Sayyid) - Maula Heleh/Maula Helah (Sayyid)
    Nahdi (Qabil)
    Shahab (Sayyid) - Shihab (Sayyid) - Sungkar (Qabil)
    Thalib
    Bahafdullah (Qabil)



 http://t724626.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem



Sabtu, 05 Januari 2013

Lagu Palembang

Kamus Bebaso

            Kamus Bahasa Palembang



Umumnya orang bukan Palembang hanya tahu bahasa Palembang itu hanya sekedar mengganti huruf “a” di ujung kata dengan huruf “o”. Padahal tidak sesederhana itu meski tidak sesulit pergi ke Palembang sambil jalan mundur hehe… Namun perlu diketahui juga bahasa di Sumatera Selatan amatlah beragam, bahkan setiap daerah memiliki bahasa sendiri yang terkadang sangat jauh berbeda. Beberapa bahasa lokal lainnya seperti bahasa Sekayu, bahasa Komering, bahasa Ogan (Melayu Pegagan), bahasa Kiagung, dll. Sekedar buat sharing… ini beberapa kata dalam bahasa Palembang yang umum digunakan dalam keseharian (umumnya dimengerti se-Sumsel Raya).


Alep = Cantik

Ambal = karpet

Ari = Hari
Asil = Hasil
Awak = anda (halus), badan
Tubu, ambo = Saya
Ayuk = Kakak perempuan
Bicek, bicik = Panggilan untuk bibi
Mangcek, mangcik = Panggilan untuk paman
Cek = NonaBaseng = Terserah / sembarang (tergantung kalimat)
Datuk = kakek
Nyai/nyek = nenek
Yai/yek = kakek
Baca selengkapnya di:
http://thesulthan.multiply.com/journal/item/39/Kamus_Bahasa_Palembang
Dari Wikipedia:
Bahasa Palembang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Bahasa Palembang adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Palembang dengan jumlah penutur asli diperkirakan 500.000 orang.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Tingkatan
* 2 Kemiripan dengan Daerah Lain
* 3 Bibliografi
* 4 Pranala luar
[sunting] Tingkatan
Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan, yaitu Baso Pelembang Alus atau Bebaso dan Baso Pelembang Sari-sari. Baso Pelembang Alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara-upacara adat. Bahasa ini berakar pada bahasa Jawa karena raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Pajang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.
Sementara itu, Baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan berakar pada bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.
Bahasa Palembang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah provinsi di sekitarnya, seperti Jambi dan Bengkulu. Di kedua daerah ini, akhiran ‘a’ pada kosakata bahasa Indonesia yang diubah menjadi ‘o’ banyak ditemukan.
Di bawah ini adalah beberapa kata dalam Bahasa Palembang dan artinya dalam bahasa Indonesia:
* Aman = Kalau (cth: aman kau ke sano gek, jangan lupo bawa pempek)
* Antok = Menyantuk suatu benda, biasa digunakan anak kecil dalam permainan ‘gambaran’ (cth: kartu kau tu antok, ulang oi !)
* Asak = Asalkan (cth: asak kau dapet cepek, ku enjok mobil la)
* Awak = Kamu, bisa digunakan sebelum ‘kau’ (cth: awak kau yang salah, nak nyalahke wong)
* Awan = Siang (cth: awan tadi, budak plaju mati ditabrak fuso)
* Bae/be = Saja (cth: kau bae/be la yang bayar)
* Balak = Masalah (cth: dak usah nyari balak la, kagek mati kau)
* Balek = Pulang (cth: aku abes ni nak balek ke rumah)
* Balen = Ulang (cth: balen oi, mano ado maen cak tu)
* Banyu = Air (cth: nak minum apo? banyu putih be)
* Baseng = Terserah (cth: baseng kau la, aku dak melok melok be)
* Basa = Gawat (cth: basa ni! dak pacak gawe galo)
* Baso = Bahasa (cth: ae baso inggris be dak pacak kau, cupu ni!)
* Bebala = Bertengkar mulut (cth: wong sebelah ni galak bebala sampe subuh)
* Belagak = Tampan (cth: wew, belagak nian kau hari ni!)
* Belago = Bertengkar saling pukul (cth: budak kecik tu galak belago, laporke plisi peh?)
* Bengak = Bodoh (cth: bengak makan taik kau tu!)
* Begoco = Berantem/Berkelahi (cth: dak usah jingok jingok, begoco be kito!)
* Berejo = Bersusah-susah (cth: berejo la kau! tula, diomongi dak galak denger)
* Bi Cek = Ibu, bibi (cth: bi cek! nak kemano?)
* Budak = Anak (cth: budak sekolahan emang paleng mudah diculik)
* Buntang = Bangkai (cth: depan kelas kito ado buntang tikus)
* Buyan = Bodoh (cth: buyan nian kau! cak ini be dak biso)
* Cak mano = Bagaimana (cth: cak mano ni? pacak dak lulus kito)
* Cak itula = Ya begitulah (cth: cak itula, basa nian kito)
* Calak = Curang (cth: kalo kau maen calak lagi, laporke guru gek kau)
* Cemeke’an = Pelit (cemeke’an nian, goceng be dak ngasi)
* Cetuk = Patuk (cth: lakinyo mati dicetuk ulo)
* Cotang = Menebak nebak dalam soal pilihan (cth: cotang 5 bener 4, hebat dak?)
* Cugak = Kecewa (cth: keno cugak be aku lantak dio)
* Cucung = Cucu (cth: woi cung, kalo kau ke plaju, belike aku ganja)
* Cindo = Cantik (cth: cindo nian tino tu, pacak peca utak aman jingokinnyo terus)
* Dak papo = Tidak Apa-apa (dak papo la! cuman denget koq)
* Dak katek = Tidak ada (lebih tegas) (cth: dak katek malu nian kau ni!)
* Dak katek katek = Tidak (membela diri) (cth: aq bunuh dio? dak katek katek)
* Dak terti = Tidak mengerti (cth: dak terti aku pelajaran ni)
* Dewe’an = Sendirian (cth: pegi samo siapo kau? dewe’an be)
* Dulur = Saudara (cth: oi dulur! po kabar?)
* Galak = Mau (cth: galak makan dak?)
* Galo = Semua (cth: dio wong bener galo, tae kucing nian)
* Gancang = Cepat (cth: pacak mati gancang wong lantak budak itu)
* Geli geli = Mudah (cth: mak ini sih geli geli bae)
* Geli geli basa = Sangat mudah (cth: pacak dak? geli geli basa)
* Geta basa = Bokek, pelit (cth: geta basa dio tu)
* Enjuk = Beri (cth: enjuk siapo la bunga ni ye?)
* Ekar = Kelereng (cth: ekar aku hargonyo goban, kau punyo?)
* Idak = Tidak (cth: idak galak makan dio dari kemaren)
* Igo = Terlalu (cth: tula pelit igo! rasoke kau sekarang)
* Iwak = Ikan (cth: iwak belido emang paleng mantep dibikin pempek)
* Jabo = Luar (cth: buangke sampah ni ke jabo ye)
* Jingok = Lihat (cth: jingok soal mak ini, nangis darah aku)
* Jiron = Tetangga (cth: kenal dak kau samo jiron kau?)
* Julak = Dorong (cth: kagek kau ku julak ke rel MRT, dak usa macem-macem)
* Kacek = Selisih (cth: kacek dikit jugo, dak apo la)
* Kacuk’an = Berhubungan sex (cth: jangan kacuk’an di luar nika ye, doso tu)
* Kagek = Nanti (cth: nak pegi lum? kagekla)
* Kambang = Kolam (cth: jangan galak ke kambang iwak, diculik wong gek kau)
* Kampang = Tak punya ayah, anak haram (cth: oi kampang! dak jingok wong lagi nyebrang!)
* Katek = Tidak Ada (cth: kesian jingok dio, katek duit, katek rumah, katek kerjo)
* Kecik = Kecil (cth: pempek telok kecik seporsi berapo?)
* Kempet = Kempes (cth: ai, ban mobil aku kempet pulok)
* Kendak = Kehendak (cth: apola kendak kau nulis wiki ni?)
* Ketek = Perahu (cth: turis tu lagi naek ketek nyebrang sunge musi)
* Kleker = Kelakar (cth: pak Tomz emang rajo kleker, nghayal telalu tinggi)
* Klepeh = Dompet (sth: supayo dak dimaling, pastike klepeh disimpen dengan aman)
* La = Sudah (cth: la selesai lum? lamo nian)
* Laju = Ayo (cth: galak laju, dak galak sudah), akibatnya/jadinya (cth: lantak bebala laju keno marah budak tu)
* Lajuke = Urusi (cth: aman kau galak, lajuke la)
* Lanjak’i = Kerjain, urusin (cth: tugas gilo babi tu mase be dilanjak’i nyo)
* Lantak = gara-gara (cth: lantak kau la, jd rusak komputer aku)
* Lemak = Enak (cth: makanan disini la dak lemak, mahal pulok)
* Lihai = Pintar (cth: lihai sudah dio sekarang, make obat apo ye?)
* Lokak = Kerjaan, masalah (cth: dio tu emang galak cari lokak, pecake be palaknyo)
* Lolo = Bodoh (cth: Lenglolo tu emang lolo nak pindah dari Sriwijaya)
* Lum = Belum (cth: sudah lum?)
* Madak’i = Masa sih? (cth: mada’i kito kalah, pake dukun apo mereka?)
* Mak ini ari = Hari gini (cth: mak ini ari, mase ado bae wong yang galak maleng ayam)
* Mang Cek = Bapak, Paman (cth: jangan beli maenan dari mang cek tu, dio galak ngolaki)
* Melok = Ikut (cth: aku nak ke Kandang Kawat, melok dak?)
* Mekot = Ikut (cth: mekot oi ke PS, la bosen aku ke PTC)
* Menujah = Menusuk (cth: rai kau ni mirip yang nujah adek aku)
* Mengot = Lengkung (cth: mistar ni pacak mengot pulok)
* Meseng = Buang air besar (cth: budak tu galak meseng di celano aman aku kejutke)
* Metu = keluar (cth: dio tu dak pernah metu dari kamar sejak diputusi ceweknyo)
* Nak = Mau (cth: diemla! nak keno marah guru kau?)
* Ngampok = Pamer (cth: dak usah ngampok kau! jingok dulu na gambar aku)
* Ngatoke = Mengatakan (cth: walikota ngatoke kalo dio bakal gusur semua pedagang kaki limo tanpa ampun)
* Ngolaki = Menipu (cth: koko kau tu galak ngolaki, ngomong jual permen taunyo ganja)
* Ngotaki = Membohongi (cth: ae kau ni ngotaki aku dari dulu, putus be kito)
* Nian = Sangat (cth: kau cantik nian malem ni)
* Nianan = Beneran (cth: nianan oi! pesta pesta kito malem ni)
* Ngibak’i = Peduli amat (cth: ngibak’i kau la, emang kau siapo)
* Ngigik = Lucu, ada ada aja (cth: ngigik nian wong yang bikin kamus ni)
* Ngenyek = Ngejek (cth: pak itu emang galak ngenyek, kesel jugo lamo lamo)
* Nyampak = Jatuh (cth: ajaib, la nyampak dari lante 30 masi pacak idup)
* Nyenyes = Tidak bisa menjaga rahasia, mulut ember (cth: aku dak seneng dengan wong nyenyes cak dio)
* Oncak = Jagoan (cth: pakela oncak kau, tetep tula aku yg menang pasti)
* Oplet = Angkot (cth: kalo oplet warno merah stop dimano ye?)
* Pacak = Bisa (cth: pacak gilo jugo aku kalo cak ini terus)
* Palak = Kepala (cth: pening palak aku jingok kelakuan dio)
* Pasak = Pasar (cth: pasak Kuto tu pangkalan preman, jangan galak kesano)
* Payo = Ayo (cth: ke PIM dak? payo!)
* Pecak = Seperti (cth: badan pecak gorila cak tu, kalahla dio)
* Pecik = Menembak (cth: ae cupu ni, pecik ekar be dak pacak)
* Peh la = Yuk (cth: maen dak? peh la)
* Penesan = Bercanda (cth: jangan langsung tujah2an oi, cuma penesan dio tu)
* Pilat = Kata kasar, arti: orang yang bibirnya ada bekas operasi(?) (cth: pilat ni! bawa mobil tu beneran dikit!)
* Pocok = Atas (cth: dio lagi di pocok, beneri atep)
* Prei = Libur (cth: kapan prei?)
* Rai = Muka, tampang (cth: jingok rai kau, nak muntah aku)
* Ringam = Reseh (cth: ringam nian jadi wong tu!)
* Sanjo = Bertamu (cth: kagek sincia sanjo ke tempat aku ye, banyak makanan la)
* Sangkek = Keranjang, bungkusan berisi makanan yang dibagikan waktu ultah anak kecil (cth: la dapet sangkek lum kau?)
* Saro = Sulit (cth: kalo cak ini saro! jadinyo cak mano? cari dulu turunannyo)
* Sapo = Siapa (cth: sapo be yang nak mekot, bayar sejuta)
* Semekuk = Berbentuk (cth: dak semekuk nian gambar kau, budak TK be lebih lihai)
* Sepur = Kereta (cth: ado wong dilindas sepur malem tadi)
* Sike = Pelit (cth: dak usah sike la, awak kayo)
* Sius = Serius (cth: siusan oi? mak mano nian ceritonyo?)
* Sikok = Satu (cth: bagi sikok wong sikok, jangan banyakan)
* Singit = Sembunyi (cth: maleng tu singitan di wc rumah aku)
* Siru = Heboh (cth: dak usah siru! mano buktinyo?)
* Sedenget = Sebentar (cth: sedenget be, dak lemakkan aku kalo dak ke rumah dio)
* Sekewet = Curang (cth: ketauan ye kau galak maen sekewet)
* Sokor = Sukurin (cth: sokor! biar mampus dio!)
* Tako’an = Sombong (cth: wong tako’an cak dio emang harus dibasmi)
* Tebudi = Tertipu (cth: dak tau aku ini palsu, tebudi aku oleh dio)
* Tedok = Tidur (cth: tedok tu jangan malem malem)
* Tek aguk = Gak ada kerjaan (tidak digunakan terpisah) (cth: tek aguk nian dio, nyoret nyoret papan)
* Terajang = Hantam (cth: na, nyengir nyengir, terajang gek kau!)
* Tetak = Potong (cth: tetak palak aku kalo kau dapet cepek)
* Tino = Betina/perempuan (cth: budak tino tu matre nian, lesu aku ngejer dio)
* Tangani = Selesaikan, hajar, pukul (cth: dak usah macem macem, tangani gek kau!)
* Tula = Itu lah (cth: tula! la ku ngomongi caronyo tu mak ini, dak cayo kau)
* Ucak-ucak = Main main, tidak serius (cth: ae SFC ni maennyo ucak ucak sekarang)
* Uji = Kata (cth: uji dio kalo pacak gawe ke soal ni, nak dienjok cepek ceng kito)
* Untal = Lempar (cth: untal tu bener dikit, nyangkut ke atep gek)
* Ulo = Ular (cth: ampir be aku ninjek ulo di sawah)
* Wong = Orang (cth: wong plembang emang paleng hip)
* Yasi = Sah (cth: dak yasi pemilu tu, banyak maen calak dio)
Beberapa kata dalam bahasa Palembang yang sama dengan bahasa Indonesia, hanya berubah vokal akhirnya:
* Ado = Ada
* Apo = Apa
* Biaso = Biasa
* Dio = Dia
* Mano = Mana
* Di mano = Di mana
* Jawo = Jawa
* Jugo = Juga
* Kemano = Kemana
* Kato = Kata
* Ketawo = Ketawa
* Kito = Kita
* Mano = Mana
* Ngapo = Mengapa
[sunting] Kemiripan dengan Daerah Lain
Bahasa Palembang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah provinsi di sekitarnya, seperti Jambi dan Bengkulu. Di kedua daerah ini, akhiran ‘a’ pada kosakata bahasa Indonesia yang diubah menjadi ‘o’ banyak ditemukan.
[sunting] Bibliografi
· P.D. Dunggio, dkk. Struktur Bahasa Melayu Palembang
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Palembang
[PDF]
Kamus Bahasa Indonesia – Palembang
- 4 kunjungan – 17:16
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat – Versi HTML
Kamus Bahasa Indonesia – Palembang. Contributed by Administrator. Monday, 07 January 2008. Last Updated Monday, 07 January 2008 …
www.pempeklenjer.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=20
Kamus Bahasa Indonesia – Palembang
Contributed by Administrator

Last Updated thursday, 03 January 2013
Buat kamu-kamu yang mau berkunjung Visit Musi 2008 ke Palembang, sambil menikmati pempek palembang di pinggir
benteng kuto besak di sungai Musi. Ini ada sedikit kamus bahasa Indonesia – palembang :
Mau – Galak, contoh : saya mau itu (Aku Galak itu)
Mau- Nak, contoh : saya mau pergi nonton (aku nak pegi nonton)
Ikut – Melok, contoh : aku mau ikut ( aku nak melok)
Besar – besak, contoh : Rumahnya besar (Rumahnyo besak)
Itu besar sekali ( Itu besak nian)
mau kemana (nak kemano)
harga – rego, contoh : berapa harganya? (berapo regonyo)
bertengkar – bebala, contoh : dua bersaudara itu lagi bertengkar ( duo besodaro itu lagi bebala)
enak, sedap – lemak, contoh : pempek palembang dari pempeklenjer.com itu enak sekali (pempek palembang dari
pempeklenjer.com itu lemak nian)
belakang – buri, contoh: saya mau ke belakang (aku nak ke buri)
bagaimana – cakmano, contoh : bagaimana membuat cuka pempek yang enak (cakmano nak buat cuko yang lemak)
bercanda- pEnesan (E dibaca dengan bunyi pElajaran, e dibaca dengan bunyi peci)
oke.sampai di sini dulu kamus bahasa Indonesia-Palembangnya, nanti disambung lagi (gek disambung lagi)
Penggemar Makanan Sedap Indonesia, Toko Pempek Palembang,Menjual Pempek, Paket Pempek & Makanan Khas Palembang

Jumat, 04 Januari 2013

Palembang Tempoe doeloe


PALEMBANG  TEMPO  DOELOE





Jembatan Ampera dulu
Ini nih,, yang jadi ciri khas dari kota palembang, yaitu jembatan Jembatan Ampera yang dibangun pada bulan April 1962, setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno. Pada awalnya, panjang jembatan ini 1.177 meter dan lebar 22 meter disebut jembatan Bung Karno. Secara resmi dibuka pada tanggal 30 September 1965 oleh Let. Jendral Ahmad Yani. Namun, setelah kekacauan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno berdegung kuat, jembatan itu berganti nama menjadi Jembatan Ampera. Bagaimanapun warga Palembang lebih suka menyebutnya "Proyek Musi".






Sketsa Kraton Sriwijaya
Ini merupakan sketsa (gambaran) dari kemegahan, kejayaan Kerajaan Sriwijaya.



Jembatan Kertapati dulu



 Kesibukan di Terminal Cinde dulu



 Kain Sonket
 Tahukah anda Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Sedangkan nama "Songket" sendiri berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil".



 Benteng Kuto Besak (1930)
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa.



 Masjid Agung Palembang (1930)



 Pinggiran Sungai Musi 


 
Gedung Ledeng (Sekarang kantor wali kota)

















 Jalan Sudirman tempo dulu


 Jembatan Ampera mulai dibangun tahun 1962






Palembang Tempo dulu

http://chirpstory.com/li/26090